Surabaya heritage

TK MUJAHIDIN 2 SBY
Subhanallah siswa tk mujahidin 2 berinteraksi dengan turis australia...
Dan kegiatan-kegiatan belajar di luar lainnya ada di sini

Keliling Surabaya bersama Sampoerna

FORMUIR PENDAFTARAN TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Kaca Mata Kenakalan dan Sifat Negatif Anak | TK MJAHIDIN 2 SBY

 Kaca Mata Kenakalan dan Sifat Negatif Anak
       Sebagai orang tua, kita mungkin sering mengeluhkan kenakalan dan sifat-sifat negati anak kita. Selanjutnya secara tidak adil kita mengatakan mereka anak yang bermasalah.
Siapakah sebenarnya yang bermasalah?
Marilah kita baca dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih puisi ini.
Dikutip dari karya Dorothy Nolte:
        “Bila seorang anak hidup dengan kritik, ia belajar untuk menyalahkan. Bila seorang anak hidup dengan kekerasan, ia belajar untuk berkelahi. Bila seorang anak hidup dengan ketakutan, ia belajar untuk menjadi penakut. Bila seorang anak hidup dengan rasa benci, ia belajar untuk tidak menghargai. Bila seorang anak hidup dengan ejekan, ia belajar menjadi pemalu. Bila seorang anak hidup dengan rasa malu, ia belajar merasa bersalah. Bila seorang anak hidup dengan perasaan iri, ia belajar menjadi iri hati. “
         Ingat bahwa “sesungguhnya semua anak dilahirkan dalam keadaan fithrah ..” demikian HR Bukhari. Dari perspektif teori pikiran, anak kecil sangat dominan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar anak kecil belum tumbuh berkembang sehingga dia belum memiliki pikiran logis dan rasional yang berperan sebagai filter pesan ke dalam pikiran bawah sadar. Dengan demikian informasi apapun dapat bekerja cepat ke dalam pikiran bawah sadar si kecil. Lingkungan terdekat, dalam hal ini orang tua yang dominan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
            Jadi jangan kita salahkan anak kita, kasihan khan. Berangkat dari kesadaran bersama, persoalan anak pastinya tidak lepas dari sistem keluarga dan keterlibatan kedua orang tuanya. Marilah kita “duduk bersama dan bekerja sama” untuk mendidik dengan ikhlas  generasi masa depan bangsa.
ARTIKEL MENARIK LAINNYA
TK MUJAHIDIN 2 SBY:

PERAN IBU DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAKNYA

PERAN IBU DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAKNYA
     Pada anak usia dini secara normal pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat dibandingkan dengan orang dewasa. Sebab pada usia ini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Bahkan ada yang berpendapat bahwa anak usia dini ini merupakan masa yang disebut dengan the golden age, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang.
Melihat keadaan perkembangan anak yang sedemikian hebatnya, maka pada masa usia dini sangat tepat sekali untuk membangun kecerdasan anak. Salah satunya yaitu dengan melalui maindset. Karena mindset merupakan titik utama yang dapat membentuk dan menentukan karakter anak.  
     Dalam teori mindset, gelombang otak seorang anak merupakan gelombang otak alfa-tetha ( alfa-tetha brain wave ). Apapun yang dikatakan oleh ibunya akan diterima pikiran sadar ( conscious mind ) kemudian akan langsung mengendap dalam pikiran bawah sadar ( subconcious mind ) dan pada gilirannya akan menentukan perilaku anak tersebut ketika menjadi dewasa. Kalau ibu selalu mengucapkan kata-kata yang negatif kepada anaknya ( ketika masih kecil ), maka kata-kata negatif tadi akan mengendap dalam pikiran bawah sadar nya dan ketika beranjak dewasa akan mewujud menjadi perilaku yang negatif. Kalau yang dikatakan kata-kata positif, perilakunya ketika dewasa juga akan positif. Maka peran seorang ibu ketika mengasuh seorang anak sangat besar dalam proses pembelajaran bagi si anak. 
      Ibu memberikan fundamen bagi kepribadian seorang anak dan karenanya ikut menentukan kemampuan belajar seorang anak. Bahkan sudah umum diketahui bahwa konon seorang bayi sudah terlibat dalam proses pembelajaran dengan ibunya sejak dalam kandungan. Menurut penelitian seorang ibu yang sudah hamil tua ketika sering mendengarkan musik klasik dari Mozart atau Bethoven anaknya akan menjadi cerdas. Penelitian menunjukkan ketika seorang ibu hamil sedang gelisah, bayinya juga ikut gelisah. Apa yang dimakan ibunya juga dirasakan oleh bayinya. Maka dapat dikatakan pembelajaran seorang anak sudah dimulai ketika dalam kandungan. Seorang ibu yang terlibat langsung dalam proses belajar seorang anak sekaligus melakukan tiga hal sebagai berikut :


  1. Transfer of knowledge
  2. Transfer of value
  3. Transfer of attitude
Maka tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh peran ibu dalam kehidupannya, terutama proses belajar pada waktu kecil. Apalagi keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh “ intelectual quotient” tetapi juga “ emotional quotient ” dan “ spiritual quotient “. Keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh intelektualitasnya tetapi juga emosi dan spiritualitasnya. Maka ESQ seseorang sangat ditentukan bagaimana ketika kecil dirinya diperlakukan oleh ibunya. Kasih sayang, kepedulian dan dorongan seorang ibu akan menempa karakter dan perilaku seseorang yang pada gilirannya akan menentukan sukses seseorang. Maka sebagaimana dikatakan oleh Evelyn Vaugh “ Watch your habits for they becomes your character develop your character for it becomes your destiny”. Perhatikan kebiasaanmu, karena itu menjadi karaktermu. Bangunlah karaktermu, karena itu akan menentukan masa depanmu. Dan dalam pembentukan karakter pada awalnya ditentukan oleh peran seorang ibu.
         Jadi keyakinan, pemikiran, ucapan, perilaku, kebiasaan dan nilai-nilai yang dilakukan orang tua sangat berpengarung dalam membentuk kepribadian anaknya.

ARTIKEL MENARIK LAINNYA
TK MUJAHIDIN 2 SBY:

Cara cepat belajar membaca Al ~ Qur'an 1.flv

Pembelajaran Beribadah Untuk Pendidikan Anak Usia Dini

Pembelajaran Beribadah Untuk Pendidikan Anak Usia Dini

Pertumbuhan anak di usia dini sangatpenting dan menentukan. Apa yang terbentuk di usia itu akan mempengaruhitingkat kecerdasan dari watak/kepribadian anak selanjutnya. Oleh karena itu,maka pendidikan di usia dini amat penting dan strategis. Di sisi lain, hinggasaat ini masih banyak kalangan masyarakat yang belum menyadari hal tersebut,sehingga kadang tanpa disadari anak diperlakukan dengan keliru yang padaakhirnya dapat merusak atau menghambat pertumbuhan anak. Anak adalah sebuah mutiara yang patut dijaga. Dijaga secara jasmani dan kerohaniannya.memiliki anak yang sholeh adalah dambaan setiap orang tua. Karena anak yangsholeh adalah termasuk kedalam amal kebajikan yang tidak akan terputuspahalanya sampai hari akhir. Agar memiliki anak yang sholeh, seorang anak harus diberikan pengetahuan dan model belajar yang lain yaitu seperrti ini belejar sholat,mengaji,dll . Berikut tips mendidik anak secaraIslami atau memberikan pendidikan kepada anak sebagaimana mestinya dengan perpegangteguh pada syariat Islam,ajari anak untuk sholat subuh bersama, seperti sejak usia dini, ajaklah ia sholat shubuh bersa ma atau berjamaah dimesjid , carikan anak lingkungan yang islami seperti mencarikan tempat belajar mengaji TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an),mengikuti kursus di masjid,dll. Berikan contoh atau teladan untuk anak jangan hanya menyuruh Seperti hanya menyuruh ia belajar mengaji atausholat, namun kita sendiri tidak melakukannya ,ajarkan pada anak untuk kemasjid sepertimengajak kita sholat berjamaah di mesjid , ajari anak tentang mengetahui batasan-batasan aurot pada tubuh seperti biasakan anak perempuan kita menggunakan kerudung maka saat dewasa ia justru akan merasa tidak nyaman jika memperlihatkan anak batasan aurot ,terutama untuk anak perempuan. kasih dukungan untuk anak seperti membekali anak membawa alat-alat sholat jika kemana-mana, usahakan anak belajar lagu-lagu islam seperti maksimalkan anak kita untukmendengar ayat-ayat Al-Qur’an atau nqosidahan, selalu minimalkan anak untuk nonton tv usahan ada yang mendampinggi contohnya dari tontonan yangtidak mengandung unsur pendidikan, seperti: sinetron, film horor, film cengeng,dan lain-lain, ajari anak secara langsung tentang ajaran-ajaran dalam islamseperti beritahu point-point Islam yang kita kuasai kepada anak kita. Akan lebih baikjika dalam bentuk cerita yang menarik ,jadilah sahabat untuknya hasilnya anak akan menjadikan kita tempat curhat yang utama sehingga kitaakan selalu mengetahui masalahnya.selalu ciptakan suasana tenag dalam rumah tangga jika kita keluarga tidak lagi terasa hangat baginya, anakakan mencari pelampiasan di tempat lain. jika semua cara itu dilakukan dengan baik dan tidaKanakmembuat anak menjadi malas insyaallah hal itu akan mendapatkan hasil yangmaksimal dalam proses berlajarnya, selain itu dampak-dampaak positif akan lebihdpatkan lagi dari penerapan pempelajaran seperti itu.

ARTIKEL MENARIK LAINNYA
TK MUJAHIDIN 2 SBY:
sumber : http://elearning.unesa.ac.id/myblog/vivin-enerlis/pembelajaran-untuk-pendidikan-anak-usia-dini

Persepsi Manusia Yang Salah Saat Allah Mengujinya

Persepsi Manusia Yang Salah Saat Allah Mengujinya

    Manusia hidup tak pernah mengenal statis. Selalu saja ada dinamika hidup menyertainya. Tidak ada seorang manusia di dunia ini yang tak diuji dengan baik dan buruk di dunia ini, apakah ia suka atau tidak. Dalam berbagai ayat-ayatNya Allah SWT sudah Memaklumatkan bahwa setiap manusia akan diuji, hanya saja mungkin tidak semua manusia mensikapi musibah dan nikmat dengan sikap yang sama. Ada orang yang optimis yang cenderung menghadapi kesulitan hidup dengan optimisme, sehingga ia senantiasa berusaha mencari jalan keluar, bahkan menganggap kesulitan sebagai tantangan. Ada pula manusia pesimis yang cenderung bersikap negatif terhadap apa saja, selalu mengeluh dan merasa susah.
     Sudah sifat manusia untuk berkeluh kesah jika menghadapi kesulitan. Bahkan manusia mudah sekali merasa berputus asa dan kehilangan akal maupun kesabaran. Rentang sikap manusia terhadap musibah dapat dimulai dari sekedar keluhan kecil hingga kehilangan kewarasan karena emosi sedih atau marah yang tak terkendali. Seorang yang merasa bahwa kesulitan atau musibah yang dihadapinya adalah hal kecil, ia akan mensikapinya dengan santai dan memiliki banyak kesempatan untuk berpikir guna mengatasi kesulitan tersebut. Orang ini memusatkan perhatiannya pada penyelesaian masalah, dan ia mengaktifkan otaknya untuk berusaha mencari jalan keluar. Lain halnya jika seseorang merasa musibah yang dihadapinya terlalu berat atau besar bagi dirinya, ia akan tenggelam dalam masalah, bertolak belakang dengan orang pertama tadi yang berusaha mengatasi masalahnya dengan menggunakan otaknya, orang kedua ini malah tenggelam di dalam masalah. Perasaannya-lah yang menenggelamkan dirinya.
      Perasaan manusia, persepsi manusia atas sesuatu bukanlah alat ukur obyektif. Perasaan manusia dapat saja berlebihan, sedangkan persepsinya mungkin saja keliru. Dalam menghadapi musibah, ada orang yang merasa ujian itu tak sanggup ia hadapi. Ia menganggap ujian tersebut terlalu berat baginya. Ini persepsinya sendiri. Padahal Allah SWT sudah Menyatakan dalam Al Qur’an bahwa seseorang tak akan dibebani lebih dari kadar kesanggupannya (2:286). Allah Yang Maha Tahu telah Mengukur kadar kesanggupan orang tersebut dan ia sesungguhnya mampu menghadapinya, namun ia telah menyesatkan dirinya dengan mempersepsikan musibah tersebut terlalu besar atau berat bagi dirinya. Persepsi ini kemudian dilanjutkan dengan prasangka buruk terhadap Allah, menyangka bahwa Allah tidak adil, menyangka bahwa Allah telah menghukum dirinya dengan kehinaan dan musibah. Sekali lagi ini adalah persepsi manusia yang keliru.
Allah SWT memberi gambaran orang-orang yang salah persepsi terhadap musibah dan nikmat sebagai berikut:
        Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". QS Al Fajr 15-16.
       Inilah contoh gambaran persepsi manusia yang salah terhadap tindakan Allah ”Menguji” manusia. Ya, baik nikmat kesenangan maupun kesulitan statusnya adalah sama-sama ”ujian”. Yang disebut sebagai ”ujian” pastilah mengandung keharusan untuk manusia tersebut bersikap tertentu, dan tidak menghendaki manusia bersikap sebaliknya.
       Secara implisit ayat-ayat tadi (89: 15-16) juga memberikan semacam sindiran bagi manusia-manusia yang telah menempatkan perhiasan dunia berupa rezki, kedudukan dan kesenangan sebagai tolok ukur ”baik” atau ”buruk”. Yaitu orang-orang yang mengukur keberuntungan atau kemalangan manusia hanya berdasarkan hal-hal duniawisemata.

 sumber :http://www.eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/sikap-terhadap-nikmat-dan-musibah.htm

ARTIKEL MENARIK LAINNYA
TK MUJAHIDIN 2 SBY:


Sikap Terhadap Nikmat dan Musibah

Sikap Terhadap Nikmat dan Musibah

Tertulis dalam Al Qur’an Surah Al Hadid ayat 20-23 yang Mulia:
  • Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.(20)
  • Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.(21)
  • Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(22)
  • (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (23)
      Bagi yang belum pernah mengetahui ayat ini, mungkin akan tercengang betapa Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Bijaksana telah Memberikan sebuah resep kehidupan yang sangat bermanfaat bagi hamba-hambaNya yang beruntung mendapatkan keimanan.
Ayat-ayat yang sangat indah jika dilantunkan oleh seorang Qari bersuara merdu yang faham cara membacanya.
      Allah SWT Membuat MAKLUMAT dalam Al Qur’an dengan kata-kata ”I’lamu” (57:20), yang mana maklumat ini merupakan sebuah pernyataan resmi, serius dan berbobot atas sebuah informasi penting bagi manusia. Isi maklumat tersebut adalah penjelasan tentang hakekat kehidupan dunia bagi manusia. Yaitu bahwa ia (kehidupan dunia) hanyalah permainan. Sebagaimana yang namanya permainan, maka dunia tidaklah pantas disikapi dengan keseriusan dan kesungguhan dalam melayani tuntutannya. Allah Menjelaskan pula bahwa beberapa hal (sebagai contoh) dari apa-apa yang dianggap sebagai hal-hal penting dalam kehidupan dunia, sebenarnya semua itu hanyalah bagaikan fatamorgana.
      Di ayat selanjutnya (57:21) Allah SWT langsung menganjurkan manusia untuk bersikap sebaliknya tehadap apa yang merupakan kebalikan/lawan dari kehidupan dunia, yaitu kehidupan akhirat. Jika terhadap kehidupan dunia manusia hendaknya mensikapinya hanya sebagai permainan dan selayaknya tanpa sikap serius apalagi berusaha keras, maka terhadap kehidupan akhirat yang merupakan kebalikan atau lawan dari kehidupan dunia, hendaknya manusia bersikap serius dan bahkan berkompetisi. Allah sekaligus juga Menjanjikan luasnya akhirat dan ampunan yang disediakan.
      Ayat berikutnya (57:22) memberikan informasi penting lain yang terkait dengan dua ayat sebelumnya. Yaitu tentang takdir. Bahwa nasib manusia, baik atau buruk, bahkan setiap peristiwa yang terjadi di atas panggung dunia ini, pada hakekatnya sudah ditentukan sebelumnya. Keterangan ini memberikan perspektif yang jelas tentang kedudukan ujian hidup manusia, bahwa ujian hidup berupa senang maupun susah sudah ditentukan sebelumnya sehingga manusia tak perlu menyesali atau memaksakan kehendak. Sikap yang pas dalam menghadapi takdir memang bukan hal mudah. Terutama ketika menghadapi peristiwa yang sangat menyedihkan, atau sangat berat, manusia benar-benar harus menempatkan dirinya dengan se-tepat-tepatnya. Manusia harus mengambil sikap bersabar atas ujian dan tetap bersangka baik pada Allah padahal ia sedang susah atau gundah. Itulah ujian, semua ujian memang diadakan untuk menguji sampai ke titik-titik batas kesanggupan.
     Manusia hidup tak pernah mengenal statis. Selalu saja ada dinamika hidup menyertainya. Tidak ada seorang manusia di dunia ini yang tak diuji dengan baik dan buruk di dunia ini, apakah ia suka atau tidak. Dalam berbagai ayat-ayatNya Allah SWT sudah Memaklumatkan bahwa setiap manusia akan diuji, hanya saja mungkin tidak semua manusia mensikapi musibah dan nikmat dengan sikap yang sama. Ada orang yang optimis yang cenderung menghadapi kesulitan hidup dengan optimisme, sehingga ia senantiasa berusaha mencari jalan keluar, bahkan menganggap kesulitan sebagai tantangan. Ada pula manusia pesimis yang cenderung bersikap negatif terhadap apa saja, selalu mengeluh dan merasa susah.
     Sudah sifat manusia untuk berkeluh kesah jika menghadapi kesulitan. Bahkan manusia mudah sekali merasa berputus asa dan kehilangan akal maupun kesabaran. Rentang sikap manusia terhadap musibah dapat dimulai dari sekedar keluhan kecil hingga kehilangan kewarasan karena emosi sedih atau marah yang tak terkendali. Seorang yang merasa bahwa kesulitan atau musibah yang dihadapinya adalah hal kecil, ia akan mensikapinya dengan santai dan memiliki banyak kesempatan untuk berpikir guna mengatasi kesulitan tersebut. Orang ini memusatkan perhatiannya pada penyelesaian masalah, dan ia mengaktifkan otaknya untuk berusaha mencari jalan keluar. Lain halnya jika seseorang merasa musibah yang dihadapinya terlalu berat atau besar bagi dirinya, ia akan tenggelam dalam masalah, bertolak belakang dengan orang pertama tadi yang berusaha mengatasi masalahnya dengan menggunakan otaknya, orang kedua ini malah tenggelam di dalam masalah. Perasaannya-lah yang menenggelamkan dirinya.
     Perasaan manusia, persepsi manusia atas sesuatu bukanlah alat ukur obyektif. Perasaan manusia dapat saja berlebihan, sedangkan persepsinya mungkin saja keliru. Dalam menghadapi musibah, ada orang yang merasa ujian itu tak sanggup ia hadapi. Ia menganggap ujian tersebut terlalu berat baginya. Ini persepsinya sendiri. Padahal Allah SWT sudah Menyatakan dalam Al Qur’an bahwa seseorang tak akan dibebani lebih dari kadar kesanggupannya (2:286). Allah Yang Maha Tahu telah Mengukur kadar kesanggupan orang tersebut dan ia sesungguhnya mampu menghadapinya, namun ia telah menyesatkan dirinya dengan mempersepsikan musibah tersebut terlalu besar atau berat bagi dirinya. Persepsi ini kemudian dilanjutkan dengan prasangka buruk terhadap Allah, menyangka bahwa Allah tidak adil, menyangka bahwa Allah telah menghukum dirinya dengan kehinaan dan musibah. Sekali lagi ini adalah persepsi manusia yang keliru.
Allah SWT memberi gambaran orang-orang yang salah persepsi terhadap musibah dan nikmat sebagai berikut:
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". QS Al Fajr 15-16.




 sumber: http://www.eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/sikap-terhadap-nikmat-dan-musibah.htm


 

Antara Pendidikan Jahiliyah Modern dan Pendidikan Islami | TK Mujahidin 2 sby

Kita dan Pendidikan Anak Kita di Masa Kini

             Kita, Ummat Islam yang hidup di abad ini terlahir di tengah budaya jahiliyah. Sadar atau tidak sadar, kita tak dapat menghindarinya. Kita memang terlahir sebagai anak muslim karena orangtua kita juga muslim, namun apakah kita sudah ’di-Islam-kan’ dengan baik oleh orangtua kita? Dengan segala hormat kepada mereka yang sangat kita cintai, namun tetap saja harus diakui bahwa kita belum diberikan pengajaran, pemahaman dan pembiasaan sebagai muslim sejati. -Atau mungkin ada sebagian (kecil) diantara kita ada yang telah mendapatkannya dari orangtua mereka namun diperkirakan pastilah jumlahnya tak banyak-. Sejak lahir hingga besar kita sangat dipengaruhi budaya jahiliyah Indonesia dengan segala versinya, ada versi tradisonal Indonesia, versi modern barat, versi kombinasi dan lain-lain.
          Dapat dikatakan budaya Indonesia saat ini sama sekali tidak mencerminkan statistik pemeluk Islam yang mayoritas. Jumlahnya memang banyak (meskipun kini semakin turun rasionya dibandingkan dengan non muslim), namun apa yang di yakini, di jalankan, bahkan dijadikan hukum sama sekali bukan Islam. Kita bahkan tak tahu apa itu Islam lebih dari sekedar definisi rukun Islam yang 5 dan rukun Iman yang 6. Kita hanya mengetahui ”narasi”nya, tanpa pemahaman apalagi internalisasi dan sibghah [1].
Ketika kita sendiri menjadi orangtua dan mulai sadar akan nilai Iman serta ingin memilikinya secara kaafah [2], kita menjadi bingung. Di saat itu kita baru menyadari betapa telah ’berjarak’nya antara kita sebagai muslim/muslimah dengan Islam sebagai jalan hidup. Kita mengaku muslim, namun tidak hidup secara Islami, tidak berpakaian secara Islami, tidak mencari nafkah (baca: berbisnis) secara Islami, bahkan tidak berpandangan yang Islami. Jadi di mana letak ’ke-Islam-an’ kita? Tidak ada, selain di KTP.
Saat tersentak dengan kenyataan ini, barulah kita mulai gelisah dan mulailah tergopoh-gopoh belajar Islam dari nol lagi; bahkan seringkali dengan cara yang serabutan. Tidak heran, sebab selain memang jarak antara kita dan turunnya wahyu terakhir sudah berbilang belasan abad, kitapun sudah kehilangan banyak contoh. Di antara waktu itu, bukan hanya Nabi SAW yang telah wafat, namun para sahabat, tabi’in bahkan tabi’it tabi’in [3] semua sudah tiada. Peninggalan merekapun seringkali hilang karena perang atau disembunyikan atau terlupakan. Kita yang hidup saat ini harus mengais-ngais peninggalan kuno seraya mencoba mengartikannya dengan situasi zaman kita. Belum lagi kendala bahasa dan budaya. Situasi ini menimbulkan berbagai komplikasi penyakit ummat selain wahn, misalnya penyakit isti’jal, tasyaddud, tasahul, jumud dan lain-lain.
Sebagian dari kesulitan kita juga disebabkan karena sudah ter-kooptasi-nya banyak tokoh yang dianggap ’ulama Islam’, bahkan lembaga-lembaga pendidikan Islam sudah berganti rupa menjadi sistem yang se-pola dangan sistem pendidikan jahiliyah, sehingga kita kehilangan tempat bertanya. Bagaikan anak ayam kehilangan induk.
          Ketika seseorang menjadi orangtua, menurut para pakar psikologi ia akan cenderung mengambil pola pendidikan yang sama yang ia terima dari orangtua-nya. Kadang bagaikan copy-paste, sama persis tanpa di edit lagi. Jika si orangtua berpola permisif, si anak cenderung juga permisif terhadap anaknya sendiri. Selain gaya/pola pendidikan, kadang isinya-pun diambil tanpa di-edit lagi, terutama isi/konten moral (baca akhlaq) dan nilai-nilai luhur (agama/jalan hidup). Isi/konten dalam hal pengetahuan/ knowledge mungkin sudah diperbaharui atau ditambah sesuai zamannya, namun perilaku moral maupun nilai-nilai yang dijunjung tinggi diterima dan digunakan tanpa mempertanyakan apapun sama sekali. Jika kebetulan orangtua kita belum mengenal Islam, belum menjadikan Islam sebagai landasan/jalan hidup, maka kita-pun akan terjebak untuk mendidik anak-2 kita sebagaimana kita sendiri dididik dalam budaya jahiliyah.
         Banyak sekali orangtua muslim masa kini seolah hanya mengulangi sejarah hidupnya sendiri. Jika ada yang menggugat mengapa demikian maka alasan kuno yang dikemukakan bahkan amat mirip dengan yang ada disindir dalam Al Qur’an: ”Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami”. Pengecualian hanya pada segelintir orang yang di Rahmati Allah dan mendapat petunjuk yang Benar.
Inilah yang kita -para orangtua yang ingin menegakkan Islam kembali dalam diri dan keluarganya- harus hadapi ketika kita harus mencari sekolah yang cocok bagi anak-anak kita, ketika kita coba melakukan riset pola asuh mana yang terbaik dan lain sebagainya, maka 99% yang akan kita temui adalah metode pendidikan yang layak dianggap sampah dalam khazanah Islam. Pendidikan yang akan tampak baik di kulit luar, namun cepat atau lambat akan segera menunjukkan kebobrokannya sendiri. Sebagian merupakan warisan leluhur, sebagian lagi merupakan budaya impor dari luar dan sebagian lagi merupakan hasil rekayasa baru yang mengada-ada. Memang mungkin ada yang membawa satu atau dua nilai-nilai Islam, namun jika hal-hal yang mendasar (aqidah) tidak dijadikan sebagai landasannya, maka teori pendidikan anak yang manapun pada hakekatnya adalah sampah. Kesulitan mendapatkan sampel yang baik, mendapatkan metode yang tepat dan mendapatkan acuan yang benar, semua merupakan masalah nyata bagi ummat Islam di seluruh dunia.
          Apa yang akan terjadi pada orang-orang seperti kita? Sebagian akan terus mencari sampai dapat ketenangan dengan resep-resep pilihannya yang dipilih dengan hati-hati dan penuh perjuangan, sebagian hanya berpikir sebentar kemudian mengambil jalan pragmatis: yaitu menyerahkan pilihan kepada tokoh yang menurut mereka adalah tokoh Islam teladan dan kemudian mulai memasang ”mode’ JUMUD atau asal ikut (sebuah penyakit yang cukup berbahaya di masa kini). Atau sekedar merasa cukup dengan menyerahkan anak kepada sekolah/lembaga pendidikan yang berlabel ”Islami”. Dan sebagian lagi kemudian salah arah dan terkecoh oleh ”du’at ila abwaabi jahannam” (para da’i yang memanggil ke pintu-pintu neraka) yang menyesatkan kini juga sedang aktif berperan dengan baju dan bahasa yang seolah sama dengan da’i yang jujur namun dengan hasil yang bertolak belakang. Merasa sudah berada di jalan yang benar dengan sangat yakin, padahal sebenarnya sedang terseret ke neraka. Na’udzu billahi min dzalik.
Intisari telah disampaikan pada Talk Show pendidikan anak, Masjid Darussalam Kota Wisata Cibubur 29 Mei 2010. Tarbiyah a-la Sahabat vs Pendidikan Jahiliyah Modern.
Catatan:
  1. Sibghah adalah istilah untuk menunjukkan internalisasi Islam yang lebih mendalam lagi dengan disertai amal secara terpadu dan kongkrit. Rujukan: QS 2:138.
  2. Kaafah artinya menyeluruh/seluruhnya/seutuhnya/tidak terbagi. Rujukan QS 2:208.
  3. Sahabat adalah istilah bagi pemeluk Islam yang langsung bertemu dan hidup bersama Nabi SAW, tabi’in adalah orang-orang muslim yang berjum dan mengikuti cara hidup para sahabat namun tidak berkesempatan berjumpa dan hidup bersama Nabi SAW, sedangkan tabi’it tabi’in adalah orang-orang yang berjumpa dan mengikuti cara hidup para tabi’in
ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

sumber :http://www.eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/antara-pendidikan-jahiliyah-modern-dan-pendidikan-islami-bagian-1.htm

standar kompetensi

STANDAR KOMPETENSI

A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN RA MUJAHIDIN 2
Kompetensi lulusan RA Mujahidin 2 tersusun dalam 12 profil Output :
1. Aqidah Yang Lurus
 Indikator :
• Memiliki pandangan hidup tauhid
• Mempunyai ghiroh Islam yang tinggi dan bebas dari syirik
2. Sholat dengan kesadaran sendiri
 Indikator :
• Sholat tepat waktu, senang berjamaah
• Hafal bacaan sholat dan tertib dalam gerakan sholat
• Merasa bersalah/ingat jika belum sholat
• Praktek sholat dhuha setiap hari di sekolah
3. Tartil dan
4. Tahfidz Al-Qur’an .
 Indikator :
• Mengenal huruf-huruf hijaiyyah (kata-kata lembaga dan huruf transfer)
• Mampu membaca rangkaian huruf-huruf hijaiyyah
• Hafal surat-surat pendek dan lancar melafadzkannya
5. Senang Membaca.
 Indikator :
• Senang melihat buku-buku bergambar
• Meminta dibacakan buku
• Senang membaca dan mampu menceritakan kembali gambar/isi buku yang baru dibaca
6. Berakhlaq Mulia.
 Indikator :
• Terbiasa mengucap dan menjawab salam
• Mampu mengendalikan emosi negatif
• Berperilaku baik dan terpuji

7. Berbakti kepada kedua orang tua
 Indikator :
• Sopan dan santun dalam berkomunikasi dengan orang tua
• Mendo’akan kedua orang tua
8. Disiplin
 Indikator :
• Mau dan terbiasa menunggu giliran
• Tepat waktu berangkat sekolah
• Tidak berlama-lama dan bertanggung jawab menyelesaikan tugas
9. Percaya Diri
 Indikator :
• Terbiasa tampil didepan umum
• Terbiasa mengikuti lomba
• Mandiri dalam belajar dan menyelesaikan tugas
• Dapat memecahkan masalah sederhana
10. Berbudaya sehat dan bersih
 Indikator :
• Terbiasa membuang sampah pada tempatnya, peduli pada lingkungan sekitar
• Berpenampilan rapi dan bersih
11. Tuntas Bidang Studi
 Indikator :
• Anak memiliki kesiapan membaca,menulis dan berhitung
• Menjadi salah satu sekolah favorit
• Anak memiliki kesiapan emosi yang lebih matang untuk ketingkat selanjutnya
12. Berkomunikasi dengan baik
 Indikator :
• Berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa yang santun
• Dapat melakukan tanya jawab tentang suatu masalah dengan baik

keyword terkait:

  • pembelajaran taman kanak kanak
  • lagu taman kanak kanak
  • taman kanak kanak islam
  • silabus taman kanak kanak
  • download lagu taman kanak kanak
  • sekolah taman kanak-kanak
  • pendidikan taman kanak-kanak
  • mainan taman kanak kanak
  • program taman kanak-kanak
  • seragam taman kanak-kanak

VIDEO TK MUJAHIDIN 2 SURABAYA


TK MUJAHIDIN 2 SURABAYA a video by arkep on Flickr.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls